Taufik Hidayat: Sampai Kapan Negara Kalah dari Preman? Kapolri Harus Bertindak Tegas di Kuansing

Rabu, 08 Oktober 2025

Taufik Hidayat Ketua LSM Pemantau Kinerja Aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah (PKA-PPD) Riau

KUANSING – Insiden pengeroyokan seorang wartawan dan perusakan armada kepolisian saat razia tambang ilegal di Kuansing, Selasa (7/10/2025), memicu reaksi keras. Ketua Divisi Investigasi LSM Pemantau Kinerja Aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah (PKA-PPD) Riau, Taufik Hidayat, menilai peristiwa ini bukan sekadar tindak kriminal biasa.

Menurut Taufik, aksi anarkis tersebut adalah sebuah serangan terbuka terhadap simbol negara dan pilar demokrasi, yaitu kebebasan pers. Ia mendesak agar kasus ini tidak ditangani setengah hati.

"Ini bukan lagi soal kriminal biasa. Ketika jurnalis yang sedang bertugas dikeroyok dan mobil Kapolres berani mereka hancurkan, ini adalah serangan langsung pada wibawa negara. Mafia seolah ingin menunjukkan siapa yang lebih berkuasa di lapangan," tegas Taufik Hidayat pada Rabu (8/10/2025).

Pernyataan keras Taufik merujuk pada peristiwa tragis yang menimpa wartawan Ayub Kelana. Saat sedang mendokumentasikan operasi penertiban PETI di Desa Pulau Bayur, Kecamatan Cerenti, Ayub menjadi korban pengeroyokan hingga babak belur. Selain itu, enam mobil dinas Polres Kuansing juga menjadi sasaran amuk massa.

Taufik menyayangkan lemahnya penegakan hukum yang membuat para pelaku premanisme begitu berani. Ia secara khusus meminta perhatian Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk membuktikan bahwa komitmennya memberantas segala bentuk kejahatan ilegal benar-benar dijalankan hingga ke daerah.

"Ucapan Bapak Kapolri di publik sangat kita hargai, tapi kejadian di Kuansing ini menjadi tamparan. Kami mendesak Kapolri membuktikan wibawanya dengan menindak tuntas para pelaku dan beking di balik anarkisme ini, agar marwah negara dan keamanan jurnalis bisa terjamin," tutupnya. (***)