Di Usia Senja, Ayah Tiri di Kepulauan Meranti Diduga Enam Kali Cederai Anak Tirinya

Ahad, 28 Desember 2025

Seor M (63) warga Desa Tanjung Gadai, Kec. Tebing Tinggi Timur, harus berhadapan dengan hukum setelah dilaporkan melakukan tindakan tidak senonoh terhadap N (13), anak tirinya sendiri. Foto : SM News.

BEDELAU.COM -- Di sebuah desa yang biasanya tenang di Kepulauan Meranti, kisah pilu itu terkuak di tengah kondisi alam yang tak bersahabat. Saat air banjir menggenangi permukiman warga, tak ada yang menyangka bahwa sebuah luka mendalam justru terjadi di balik pintu rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi seorang anak.

Seorang pria lanjut usia berinisial M (63) yang usianya telah memasuki senja yang dikenal sebagai warga Desa Tanjung Gadai, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, harus berhadapan dengan hukum setelah dilaporkan melakukan tindakan tidak senonoh terhadap N (13), anak tirinya sendiri. Sosok yang seharusnya menjadi pelindung dan tempat berlindung, justru diduga menjadi sumber trauma bagi anak yang masih sangat belia itu.

Peristiwa tersebut terjadi di Desa Teluk Buntal dan terungkap pada Kamis, 25 Desember 2025. Pengungkapan kasus ini mengejutkan warga sekitar, terlebih karena desa sedang dilanda banjir, situasi yang membuat perhatian masyarakat terfokus pada keselamatan dan kebutuhan sehari-hari.

Kepala Desa Teluk Buntal, Agusman Riadi, membenarkan adanya kejadian tersebut. Ia mengungkapkan bahwa berdasarkan informasi yang diterimanya, dugaan perbuatan itu tidak hanya terjadi sekali.

“Informasinya sudah terjadi enam kali. Selama ini korban tidak berani melapor karena ketakutan. Hingga akhirnya yang terakhir ini, korban memberanikan diri membuat pengaduan melalui aplikasi Call Center Polri, dan laporan itu langsung ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian,” ujar Agusman.

Lebih lanjut, Agusman menjelaskan bahwa keluarga tersebut bukanlah warga asli Desa Teluk Buntal. Mereka diketahui berasal dari Desa Sendaur, Kecamatan Rangsang Pesisir, dan memiliki domisili di Desa Tanjung Gadai. Sementara di Teluk Buntal, mereka hanya tinggal sementara sambil bekerja sebagai petani.

“Yang bersangkutan bukan warga kami. Hanya menumpang tinggal dan bekerja di sini,” jelasnya.

Kini, kasus tersebut telah berada dalam penanganan aparat kepolisian. Sementara itu, masyarakat berharap keadilan dapat ditegakkan dan korban mendapatkan perlindungan serta pendampingan yang layak, agar luka yang terlanjur menggores masa kecilnya tidak semakin dalam.

Di tengah banjir yang perlahan surut, tersisa satu kenyataan pahit, dimana tidak semua ancaman datang dari luar rumah. Kadang, ia justru hadir dari orang yang paling dipercaya.

Kepolisian Resor Kepulauan Meranti melalui Kasat Reskrim AKP Roemin Putra, MH, atas nama Kapolres Meranti AKBP Aldi Alfa Faroqi, SH, SIK, MH, mengungkapkan bahwa pihaknya berhasil mengungkap dugaan tindak pidana persetubuhan dan pencabulan terhadap anak di bawah umur.

Perkara ini bermula pada Rabu, 24 Desember 2025, sekitar pukul 14.00 WIB, di sebuah rumah di Desa Teluk Buntal. Pelapor dalam kasus ini adalah P (38), ibu korban sekaligus istri dari terduga pelaku. Namun, laporan resmi tidak serta-merta datang dari orang dewasa, dimana keberanian justru lahir dari korban sendiri.

Menjelang petang, sekitar pukul 18.00 WIB, suasana rumah pelapor tiba-tiba berubah. Saat sang ibu berada di rumah, datang Bhabinkamtibmas Desa Teluk Buntal bersama Kepala Desa, menyusul adanya laporan yang masuk melalui Call Center Polri. Laporan itu dikirim langsung oleh korban.

Bhabinkamtibmas kemudian menanyakan keberadaan anak pelapor. Sang ibu menjawab bahwa anaknya sedang pergi mengaji. Saat itu pula dijelaskan bahwa telah diterima laporan dugaan tindak pidana persetubuhan yang dilaporkan oleh korban sendiri kepada layanan kepolisian.

Ketika korban kembali ke rumah, dilakukan konfirmasi atas laporan tersebut. Dengan suara yang mungkin gemetar dan beban yang terlalu berat untuk usianya, korban membenarkan bahwa dirinya telah mengalami perbuatan persetubuhan yang diduga dilakukan oleh ayah tirinya sendiri.

Tak ada perlawanan. Terduga pelaku kemudian diamankan oleh Bhabinkamtibmas Desa Teluk Buntal bersama sejumlah personel Polsek Tebing Tinggi, untuk selanjutnya dibawa ke Polres Kepulauan Meranti guna menjalani proses penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut.

Dalam penanganan perkara ini, polisi turut mengamankan sejumlah barang bukti, berupa satu helai kemeja bermotif kotak warna putih merah, satu helai rok bermotif warna biru, satu helai bra warna pink, serta satu helai celana dalam warna hitam.

Atas perbuatannya, terduga pelaku dijerat dengan Pasal 81 ayat (1), (2), dan (3) jo Pasal 76D serta Pasal 82 ayat (1) dan (2) jo Pasal 76E Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Perlindungan Anak.

Kini, perkara itu telah masuk ke ranah hukum. Di balik berkas dan pasal-pasal yang disusun rapi, tersimpan satu kenyataan pahit dan keberanian seorang anak untuk bersuara telah membuka tabir kejahatan yang terjadi di tempat yang seharusnya paling aman di rumahnya sendiri. Dan dari suara kecil itulah, keadilan diharapkan menemukan jalannya.

 

 

 

 

Sumber: SM News.com