BEDELAU.COM --Kasus positif Covid-19 di India terus bertambah. Kemarin, jumlahnya tembus 18 juta kasus. Tak hanya rumah sakit, pusat kremasi juga kewalahan melayani warga meninggal akibat terkena virus asal China tersebut.
Di New Delhi, Ibu Kota India, pusat kremasi membakar lebih dari 600 jenazah setiap hari dalam sepekan terakhir. North Delhi Municipal Corporation (NDMC) mengatakan bahwa jumlah itu dua kali lipat dari angka kematian akibat Covid-19 yang diumumkan pemerintah New Delhi.
“Ya, kematian yang dilaporkan sekitar 300 orang, tetapi kami pasti mengkremasi lebih dari 600 jenazah setiap hari. Mereka sengaja tidak melaporkan jumlah kematian yang sebenarnya,” kata Wali Kota NDMC, Jai Prakash, dikutip CNN.
Berdasarkan data dari tiga krematorium di Delhi, Prakash mengklaim, pada Senin pekan ini, Delhi telah mengkremasi 631 jasad dan melakukan 22 pemakaman jenazah.
“Kami mulai menerima jenazah sejak pagi hari dan mereka terus berdatangan satu demi satu. Kami harus menutup layanan kremasi di malam hari. Jika tidak, orang akan terus mengirim jenazah, bahkan setelah hari gelap,” ucap pengurus krematorium Nigambodh Ghat, Suman Kumar Gupta.
Nigambodh Ghat merupakan krematorium terbesar di New Delhi. Gupta menuturkan, krematoriumnya itu telah mengkremasi lebih dari 90 jenazah setiap hari sejak 19-25 April. Operasional lembaga krematorium yang terus meningkat mendorong Prakash mengeluarkan permintaan resmi agar pasokan kayu bakar tetap tersedia.
“Mohon berikan arahan yang sesuai kepada kementerian kehutanan sehingga krematorium dapat terus melakukan pekerjaan mereka tanpa gangguan dan keluarga yang berduka tidak mendapat masalah apa pun,” tulis Prakash dalam surat kepada Kepala Menteri Delhi, Arvind Kejriwal.
Varian Covid-19 baru, varian B1617, yang diperparah dengan sikap abai warga terhadap protokol kesehatan dinilai menjadi faktor utama jumlah peningkatan drastis kasus Covid-19 di India dalam sebulan belakangan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus varian baru telah ditemukan di lebih dari selusin negara Bollywood itu. “Sebagian besar dari India, Inggris Raya, AS, dan Singapura,” kata WHO dalam pembaruan epidemiologis mingguan tentang pandemi tersebut, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, kemarin.
Rumah sakit di India juga kelabakan melayani pasien yang terus berdatangan. Banyak pasien akhirnya dirawat di luar rumah sakit atau terpaksa pulang. Bahkan ada yang meninggal karena antre untuk mendapatkan perawatan. Dilansir BBC, Seperti pasien Covid-19 Sushil Kumar Srivastava di Lucknow, Uttar Pradesh. Ketika ditemukan rumah sakit yang bisa merawatnya, nyawanya tak terselamatkan.
Sementara itu, pasokan oksigen cair di berbagai rumah sakit juga mulai menipis. Para dokter sampai-sampai meminta bantuan melalui berbagai media sosial agar pasiennya dapat bertahan.
Jumlah nyawa melayang akibat Covid-19 di India pun terus bertambah. Hingga Kamis (29/4), India sudah melaporkan 18,3 juta kasus, tercatat 379.257 kasus baru dan 3.645 kematian baru. Sementara itu, New Delhi sebagai salah satu titik penularan terparah di India melaporkan 381 kematian dalam sehari.
Enam negara bagian yang paling terdampak di India adalah Maharashtra (4,4 juta kasus), Kerala (1,49 juta), Karnataka (1,43 juta), serta Tamil Nadu dan Delhi (1 juta). Maharashtra adalah kawasan padat penduduk kedua setelah Uttar Pradesh (240 juta jiwa populasi). Sejauh ini di Uttar Pradesh, terdapat setidaknya 1 juta kasus.
Harapan terbaik India untuk menahan laju penyebaran Covid-19 adalah dengan memvaksinasi populasinya yang besar. Pada Rabu (28/4), India membuka pendaftaran untuk semua orang yang berusia di atas 18 tahun untuk diberikan suntikan vaksin mulai Sabtu (1/5).
Namun India, yang merupakan salah satu produsen vaksin terbesar di dunia, tidak memiliki persediaan untuk memenuhi syarat bagi sekitar 600 juta populasi yang akan disuntik.
Banyak orang yang mencoba mendaftar mengatakan mereka gagal, kemudian mengeluh di media sosial bahwa mereka tidak bisa mendapatkan jatah atau mereka tidak bisa mendaftar secara daring karena situs internet yang berulang kali macet.