Istri Reaktif, Suami Hadang Petugas Pakai Parang

Selasa, 08 Juni 2021

COVID-19 : Seorang pria sempat mengancam petugas pakai parang, karena keberatan istrinya ditanya soal terkonfirmasi Covid-19, Senin (7/6/2021).(sukardi)

BENGKALIS,BEDELAU.COM — Peristiwa mengejutkan warga di Desa Ketamputih, Kecamatan Bengkalis, terjadi Senin (1/6/2021) lalu. Petugas Babinsa, Bhabinkamtibmas yang hendak menanyakan kondisi salah seorang warganya, yang dinyatakan positif Covid-19 berontak dan mengancam petugas menggunakan parang.

Warga yang rata-rata tinggal di Jalan Simpang Tiga Ketam Putih sontak berhamburan ke luar, penyebabnya salah seorang warga mengamuk saat didatangi petugas Babinsa dan Bhabinkamtibmas setempat.

Untungnya, petugas bersama warga sekitar sigap menyikapi kondisi yang terjadi. Peristiwa itu terjadi di Dusun II Desa Ketamputih. Warga mengamuk diduga tidak terima istrinya diperiksa dan dibawa ke rumah sakit, dikarenakan positif Covid-19.

Selain mengamuk, Syahril suami dari ibu rumah tangga (IRT) yang dinyatakan positif Covid-19 itu berusaha menghadang petugas menggunakan senjata tajam (parang). Untung, parang itu bisa direbut oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang langsung berhadapan di halaman rumah Syahril.

Tak hanya Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Terlihat saat itu, Kepala Desa Ketam Putih Suhaimi dengan menggunakan seragam dinas dan kepala dusun II Muhammad Nur, yang turut serta mendinginkan susana.

“Warga yang satu ini kondisinya lain. Memang dinyatakan postif Covid-19 dan tengah menjalani isolasi mandiri. Kedatangan kesana hanya untuk mengecek kondisi terakhir istrinya yang terkonfirmasi Covid-19,”ujar Muhammad Nur.

Dibagian lain, sejumlah warga di Desa Ketamputih hari ini berharap petugas medis Covid-19 benar-benar bekerja profesional. Sebab, warga banyak yang mengeluh, setiap ada yang dinyatakan positif Covid-19. Dijemput dan dibawa ke rumah sakit, lalu setelah itu justru dipulangkan kembali.

“Kita minta petugas medis profesional. Kemarin ada warga melahirkan, ibunya positif Covid-19 hasil medis. Sempat rawat inap rumah sakit, tapi setelah itu belum sampai beberapa hari sudah dipulangkan ke desa. Tentu masyarakat kuatir, jika kalau dibawa ke rumah sakit ujung-ujungnya dua atau tiga hari dipulangkan lagi ke desa, maka ini seakan petugas medis main-main,”ujar salah seorang pemuda desa Ketam Putih, Roza kepada media ini.(kr)