Peduli Lingkungan Dosen Unilak dan HMI Unilak

Senin, 13 September 2021

PEKANBARU, BEDELAU.COM Sebagai bentuk kepedulian dunia kampus terhadap permasalahan lingkungan terutama dalam hal penanganan sampah, muncul kepedulian Nurhayani Lubis dosen Prodi Manajemen Universitas Lancang Kuning  (Unilak)  bersama dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Persiapan ILMI, STEKIP dan HUTAKOM untuk mencoba langkah kecil mengolah sampah menjadi komuditas yang bernilai ekonomi.

Selama ini sisa kulit nenas yang ada dipasar terbuang begitu saja, maka muncul keinginan untuk mengolahnya menjadi pupuk kompos, kulit nenas ini biasanya hanya dibuang oleh penjual nenas yang ada dipasar Syariah Ulul Albab Desa Pandau Jaya Kabupaten Kampar. Sebagian lagi dimanfaatkan untuk pakan ternak. Sangat disayangkan jika hanya dibuang begitu saja karena kulit nenas ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos.

Rata-rata dalam sehari penjual nenas yang ada di Desa Pandau Jaya menghasilkan 100 kg kulit nenas, tentunya ini dalam jumlah yang cukup banyak. Melihat peluang dan potensi bahan baku yang berlimpah maka Nurhayani Lubi dan juga mahasiswa HMI dari 3 komisariat di atas melakukan pengolahan kulit nenas menjadi kompos.

Kita ketahui Provinsi Riau merupakan daerah perkebunan dan membutuhkan pupuk kompos lebih dari 100 ton per bulan maka ini merupakan peluang pasar yang sangat menjanjikan. Terlebih penggunaan pupuk kimia sudah mulai ditinggalkan secara perlahan. Ditambah lagi Kabupaten Kampar juga salah satu penghasilkan nenas di Provinsi Riau, sehingga supply bahan baku kulit nenas juga berlimpah dan bisa dijadikan kompos. Adanya peluang ini maka perlu penggerak, inilah yang dilakukan Nurhayani Lubis dosen Prodi Manajemen Unilak dan juga HMI Unilak.

HMI dari 3 komisariat tersebut mengambil peran sebagai green leader karena mereka ingin membangun kesadaran bersama masyarakat bahwa kita harus mulai memikirkan bagaimana nasib bumi ini dimasa depan, jika kesadaran akan mengelola lingkungan itu rendah maka kerusakan akan semakin parah. Perlahan kita memulai dengan mengolah sisa kulit nenas, selanjutkan kita akan terus bergerak bersama bergandengan tangan mengkampanyekan kepedulian terhadap lingkungan.

Kita melihat rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah, dipinggir jalan utama Kota Pekanbaru kita melihat sampah yang berserakan adalah pemandangan yang biasa. Tahukah kita bahwa sampah plastik yang selama ini kita buang sembarangan ataupun kita bakar, itu akan hancur di dalam tanah lebih dari 20 tahun. Tanah akan rusak oleh tumpukan sampah plastik tersebut.

HMI dari 3 Komisariat tersebut bekerjasama dengan Bank Sampah Pandau Jaya, dimana pendiri Bank Sampah Pandau Jaya juga merupakan alumni HMI dan juga dosen Univesitas Lancang Kuning, kami berharap HMI akan menjadi pelopor dalam menggerakkan masyarakan untuk peduli sampah dengan mengajak memulai memilah sampah dari rumah. Jika sudah dipilah dari rumah maka nantinya dibawa ke bank sampah untuk diolah menjadi produk dan komunitas yang mempunyai nilai ekonomi. (Rls)