Diincar Sri Mulyani di Kasus BLBI, Ini Harta Keluarga Bakrie

Sabtu, 18 September 2021

BEDELAU.COM -- Satuan Tugas Penanganan Hak Tagih Negara Dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (Satgas BLBI) memanggil keluarga Bakrie, yakni Nirwan Dermawan Bakrie dan Indra Usmansyah Bakrie.

Dua anggota keluarga Bakrie tersebut masuk dalam pusaran skandal BLBI di era krisis moneter 1998. Hal ini diketahui setelah Ketua Harian Satgas BLBI Rionald Silaban mengumumkannya di surat kabar nasional.
 
Diketahui, Nirwan Bakrie dan Indra Bakrie merupakan debitur Bank Putera Multikarsa (bank penerima BLBI, bank milik pengusaha Marimutu Sinivasan) dengan utang sebesar Rp 22,7 miliar.
 
Mereka diminta menghadap Ketua Pokja Penagihan dan Litigasi Tim C untuk menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada negara.
 
"Menyelesaikan hak tagih negara dana BLBI setidak-tidaknya sebesar Rp 22.677.129.206 dalam rangka penyelesaian kewajiban debitur Bank Putera Multikarsa," seperti dikutip pengumuman yang ditandatangani Ketua Satgas BLBI Rionald Silaban.
 
Daftar Kekayaan Keluarga Bakrie
 
Nirwan, Indra bersama dengan Aburizal merupakan saudara kandung yang tergabung dalam Grup Bakrie yang awalnya didirikan oleh ayah mereka, Achmad Bakrie sejak 1940.
 
Grup Bakrie memiliki bisnis di hampir semua sektor penting perekonomian. Gurita bisnis Grup Bakrie mencakup bisnis pertambangan, energi, infrastruktur, jasa keuangan, kesehatan, telekomunikasi, media, perkebunan hingga teknologi.
 
Sebelum krisis ekonomi 2008 lalu dan ketika Aburizal masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, majalah Forbes sempat menempatkan keluarga Bakrie sebagai konglomerat terkaya yang terbit tahun 2007.
 
Kala itu kekayaan keluarga Bakrie ditaksir mencapai US$ 5,4 miliar atau setara Rp 77 triliun (kurs Rp 14.300/US$), lebih besar dari dua Hartono yang masing-masing hartanya ditaksir berada di kisaran US$ 3 miliar, saat itu.
 
Laporan media saat itu mengungkapkan, Nirwan Bakrie mengelola Grup Bumi (PT Bumi Resources Tbk/BUMI) yang sempat nyaris bangkrut dengan valuasi perusahaan berkurang lebih dari 90% dalam kurung waktu 6 bulan, dari harga saham Rp 8.450 pada tengah tahun 2008 menjadi Rp 510 pada akhir Januari 2009.
 
Hal ini menyebabkan ranking keluarga Bakrie di daftar tahunan Forbes turun ke peringkat sembilan dengan kekayaan US$ 850 juta, dari tahun sebelumnya berada di puncak.
 
Kini tak ada lagi nama keluarga Bakrie di deretan 20 besar taipan Indonesia di daftar Forbes. Posisi pertama masih ditempati dua bos Grup Djarum, Robert Budi Hartono US$ 19,5 miliar atau setara Rp 279 triliun dan kakaknya Michael Bambang Hartono US$ 18,8 miliar, per Kamis ini (16/9).
 
Belum terungkap total harga kekayaan keluarga Bakrie tetapi sebetulnya masih diperhitungkan sebagai salah satu konglomerat alias crazy rich di Indonesia.
 
Hal ini mengingat mereka mengendalikan sejumlah perusahaan Tbk (terbuka) di Bursa Efek Indonesia (BEI), baik lewat kepemilikan saham lewat perusahaan afiliasi, cangkang, hingga kepemilikan langsung generasi ketiga.
 
Ketiga anak Nirwan menjabat posisi penting di Grup Bumi, mulai dari jabatan presiden direktur hingga anggota komisaris.
 
Berdasarkan hasil RUPS BUMI, 31 Agustus 2021, Adika Nuraga Bakrie (Aga Bakrie) yang memperoleh gelar dari Bentley University, Amerika Serikat, menjabat sebagai Presiden Direktur Bumi Resources serta bertindak sebagai anggota dewan komisaris di PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang merupakan anak usaha tambang emas dari BUMI.
 
Aga Bakrie menggantikan almarhum Saptari Hoedjaja yang meninggal dunia awal Juli 2021.
 
Adhika Andrayudha Bakrie, memperoleh gelar Sarjana dari Newbury College di AS menjabat sebagai anggota dewan komisaris di kedua perusahaan tersebut, BUMI dan BRMS.
 
Sedangkan Adika Aryasthana Bakrie yang gelar sarjana dan MBA dari Loyola Marymount University di California merupakan dewan direksi di BRMS.
 
Sementara itu Nirwan lebih banyak berada di belakang layar, dan saat ini menjabat Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Bakrie sebagaimana tercatat di situs Universitas Bakrie.
 
Sebelumnya pada 2012, Indra Bakrie juga ikut mengurus perusahaan investasi Bumi Plc, yang tercatat di Bursa London, tetapi saat itu dia mengundurkan diri dari posisi Wakil Komisaris Utama dan Direktur Bumi Plc saat terjadi kisruh besar dalam internal perusahaan investasi itu, sebagaimana diberitakan detikcom.
 
Sementara keluarga Indra Bakrie kini lebih fokus mengelola PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), emiten bergerak dalam bidang eksplorasi dan perdagangan minyak dan gas bumi.
Tercatat anak kandungnya Syailendra S. Bakrie yang menyelesaikan pendidikan di Babson College, Boston, Amerika Serikat menjabat sebagai Direktur Utama ENRG.
 
Anak Indra Bakrie lainnya yang turut mengelola ENRG adalah Adinda Bakrie. Adinda yang merupakan Alumnus Master of Art Psikologi dari Pepperdine University, Los Angeles, AS, memegang posisi Direktur EMP Mining Overseas Pte Ltd, anak usaha ENRG, yang fokus pada pertambangan mineral.
 
Kapitalisasi pasar kedua perusahaan pertambangan milik Grup Bakrie masing-masing adalah sebesar Rp 4,09 triliun (BUMI) dan Rp 8,46 triliun (BRMS).
 
BRMS sendiri merupakan perusahaan yang dikendalikan oleh BUMI dengan kepemilikan saham 6,68%. Sementara itu BUMI dikendalikan oleh Long Haul Holdings Ltd dengan kepemilikan saham langsung sebesar 4,14%.
 
Sementara itu kapitalisasi pasar ENRG mencapai Rp 2,95 triliun dengan Bakrie Kalila Investment dan Bakrie Capital Indonesia menjadi pengendali dengan kepemilikan saham masing-masing sebesar 57,22% dan 7,50%.
 
Di sisi lain, keluarga Aburizal Bakrie, sang kakak tertua, banyak mengelola perusahaan holding dan media, di antaranya PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), dan PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) lewat anaknya, Anindya Novyan Bakrie dan Anindra Ardiansyah Bakrie (Ardi Bakrie)--Ardi ditangkap dalam kasus penyalahgunaan narkoba Juli lalu.
 
Berikut daftar lengkap perusahaan publik yang tergabung dalam Grup Bakrie:
 
PT Bumi Resources Tbk (BUMI), pertambangan batu bara
 
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), pertambangan mineral
 
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), migas
 
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), industri media, induk ANTV, tvOne, dan VIVA Networks
 
PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), pengelola ANTV
 
PT Bakrie & Brothers Tbk(BNBR), bidang manufaktur dan infrastruktur
 
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), perkebunan kelapa sawit
 
PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), properti
 
PT Darma Henwa Tbk (DEWA), kontraktor pertambangan
 
PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), penyediaan jaringan telekomunikasi seluler
 
PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), pengelola taman Jungle Land.
 
 
Sumber: [cnbcindonesia.com]