Bursa Panglima TNI, Begini Sepak Terjang Andika Perkasa dan Yudo Margono

Rabu, 06 Oktober 2021

BEDELAU.COM -- KSAD Jenderal Andika Perkasa dan KSAL Laksamana Yudo Margono menjadi kandidat kuat Panglima TNI pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan memasuki pensiun. Andika dan Yudo mempunyai karir yang moncer di matra masing-masing.

Dihimpun detikcom, Rabu (6/10/2021), Marsekal Hadi Tjahjanto akan memasuki masa pensiun pada November mendatang. Hadi Tjahjanto sebelumnya menjabat Panglima TNI sejak 2017 menggantikan Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
 
Hingga saat ini, DPR masih belum menerima surpres calon Panglima TNI dari Jokowi. Mensesneg Pratikno mengatakan surpres bakal segera dikirim ke DPR.
 
"Tadi kami juga sudah koordinasi dengan Ibu Ketua DPR (Puan Maharani) untuk pengusulan surat Panglima itu," sebut Pratikno usai pertemuan di gedung DPR RI, Rabu (29/9) lalu.
 
"Yang jelas kita akan lakukan secepatnya dan ada waktu bagi DPR," imbuhnya.
 
Berikut ini sepak terjang Jenderal Andika Perkasa dan Laksamana Yudo Margono sebagai kandidat kuat Panglima TNI:
 
1. Jenderal Andika Perkasa
 
Jenderal Andika Perkasa merupakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak November 2018. Dilansir dari berbagai sumber, Andika merupakan lulusan Akmil tahun 1987. Ia mengawali karir di Grup 2/Para Komando Kopassus. Ia kemudian juga sempat bertugas di satuan elite penanggulangan teror, Sat 81 Gultor Kopassus.
 
Andika juga pernah bertugas di Departemen Pertahanan pada 2001. Pria kelahiran Bandung, 21 Desember 1964, itu juga pernah berkarir di BAIS.
 
Pada 2002, Andika diangkat menjadi Danyon 32 Grup 3/Sandha Kopassus. Setelah beberapa kali pindah tugas, ia kemudian dipromosikan menjadi Komandan Rindam Jaya pada 2011. Lewat jabatan ini, Andika memperoleh kenaikan pangkat menjadi kolonel.
 
Lalu, pada pertengahan 2012, Andika diangkat menjadi Komandan Korem 023/Kawal Samudera di Sibolga. Belum ada setahun, ia lalu dipromosikan menjadi Kepala Dinas Penerangan TNI AD, yang mengantarkannya meraih bintang satu di pundak alias pangkat brigadir jenderal (brigjen).
 
Hanya 11 bulan menjadi Kadispenad, Andika diangkat menjadi Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) pada Oktober 2014. Andika dipilih sendiri oleh Presiden Joko Widodo. Menantu eks Kepala BIN Hendropriyono ini pun mendapat kenaikan pangkat menjadi mayor jenderal (mayjen).
 
Sekitar dua tahun menjadi Danpaspampres, Andika kemudian dipromosikan menjadi Pangdam XII/Tanjungpura pada Mei 2016. Karir Andika terus menanjak.
 
Pada 2018, Andika tiga kali mendapat promosi. Pada awal 2018, ia diangkat menjadi Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan (Dankodiklat) TNI AD. Jabatan ini mengantarkan Andika memperoleh bintang tiga atau letnan jenderal (letjen).
 
Pada Juli, Andika kembali mendapat promosi. Ia diangkat menjadi Panglima Kostrad (Pangkostrad) menggantikan Letjen Agus Kriswanto, yang pensiun.
 
Baru lima bulan menjabat sebagai Pangkostrad, Andika kini menjabat pimpinan tertinggi TNI AD. Andika dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (22/11).
 
Andika juga diketahui banyak menghabiskan waktu untuk studi di luar negeri di awal karirnya. Ia memiliki 3 gelar master dari universitas di Amerika Serikat. Andika pernah mengemban pendidikan di Norwich University. Kemudian pada 2003, Andika melanjutkan studi di National War College (NWC), yang merupakan bagian dari National Defense University, Washington, DC.
 
Dua tahun kemudian, Andika belajar di George Washington University, yang juga berada di Washington, DC. Ia juga merupakan lulusan terbaik Seskoad angkatan 1999/2000.
 
Untuk pengalaman operasi militer, Andika diketahui pernah memimpin penangkapan seorang yang dituduh sebagai pimpinan Al Qaeda, Omar Al-Faruq, di Bogor, pada 2002. Ia juga disebut pernah melaksanakan operasi Timor Timur pada 1990, operasi teritorial di lokasi yang sama pada 1992, dan operasi bakti TNI di Aceh pada 1994. Dia juga disebut-sebut pernah melakukan misi operasi khusus di Papua.
 
2. Laksamana Yudo Margono
 
Laksamana Yudo Margono menempuh pendidikan di Akademi Angkatan Laut (AAL). Pria kelahiran 26 November 1965 ini lulus pada 1988 dan menjadi angkatan XXXIII.
 
Selepas lulus, ia resmi berkiprah di dunia militer dan menjadi Asisten perwira divisi (Aspadiv) Senjata Artileri Rudal di KRI YNS 332. Lalu ia juga dipercaya untuk menjadi Kadep Ops KRI Ki Hajar Dewantara 364 dan Palaksa KRI Fatahillah 361.
 
Setelah itu, Yudo dipercaya menjadi komandan kapal, yakni KRI Pandrong 801 atau kapal patroli, KRI Sutanto 877 kapal jenis perang, hingga KRI Ahmad Yani 351.
 
Kemudian, pada 2004, ia menjadi Komandan Lanal Tual. Karirnya terus meningkat, seperti pada 2008 menjadi Komandan Lanal Sorong, Komandan Lantamal I Belawan pada 2015, hingga jadi Kepala Staf Koarmabar pada 2016.
 
Berkat pengalamannya, ia dipercaya memegang jabatan strategis. Pada 2017, menjadi Pangkolinlamil, 2018 menjadi Pangarmabar. Di tahun yang sama juga ia dipercaya menjadi Pangarmabar I hingga 2019.
 
Pada 2019, Yudo dipercaya untuk menjabat Pangkogabwilhan I. Di awal penugasannya, ia berurusan dengan isu pelanggaran kapal China yang masuk ke wilayah perairan Natuna.
 
Berkat semua kerja kerasnya, Jokowi melantik Yudo Margono menjadi KSAL di Istana Negara, Jakarta. Dengan pelantikan ini juga, ia resmi berpangkat Laksamana TNI.
 
Sumber: [detik.com]