Jalan Poros Sekodi-Kelemantan Kini Jadi Urat Nadi Ekonomi

Selasa, 21 Februari 2023

KELEMANTAN : Anak-anak sekolah dasar (SD) 43 Desa Kelemantan Barat, berjalan kaki pulang sekolah melintasi ruas Jalan beton Kelemantan Barat-Kelemantan menuju Sekodi, Senin (20/2/2023).(sukardi)

Desa Sekodi dan Kelemantan merupakan negeri yang terletak di upuk timur Pulau Bengkalis. Negeri yang sebelumnya jauh dari hiruk pikuk desingan knalpot mesin mobil dan sepeda motor karena kerusakan jalur transportasi, kini bak kota karena telah terbentang jalan beton yang menghubungkan dua kampung tua di negeri jelapang padi itu. Terima kasih Bupati dan Wakil Bupati.

Laporan SUKARDI, Bengkalis

MEMASUKI tahun ketiga kepemimpinan Bupati Kasmarni S.Sos, MMP dan Wakil Bupati H Bagus Santoso di Kabupaten Bengkalis nuansa pembangunan di Negeri Terubuk terus menggeliat dan terus berbenah. Pembangunan infrastruktur, terutama jalan terus digesa. 

Keinginan menyatukan antar desa ke desa dengan jalur transportasi terbaik, menjadi fokus kepemipinan Kasmarni. Bahkan dari ujung ceruk kampung tak terlepas dari pembangunan infrastruktur jalan. Lebih khususnya di dua desa di ujung pulau, yaitu Desa Kelemantan dan Sekodi. 

Bahkan rasa bahagia telah terbentang jalan beton di dua desa tersebut dirasakan warga. Karena jalan itu menjadi urat nadi pembangunan ekonomi mereka. Rasa bahagia ini diungkapkan Riswandi (41), warga Desa Kelemantan. Dengan tersenyum lebar dan raut wajah cerah Riswandi menatap ruas jalan di depan rumahnya. 

‘’Ruas Jalan Kelemantan Barat ini sekejap lagi bekinyau.  Sebab di tahun ini pemerintah segera membangun jalan dengan sistem hotmix,’’ kata Riswandi sambil tersenyum bahagia. 

Tokoh pemuda suku Asli  Kelemantan ini,  merasa sangat senang dengan pembangunan jalan itu. Menurutnya, dengan dibangunnya jalan itu, warga tidak lagi harus berjibaku dengan lumpur, akibat jalan rusak. Kendaraan pun sering lalu lalang dan tidak sepi seperti sebelum menikamati pembangunan ruas jalan utama.

‘’Hampir bertahun-tahun lamanya jalan di sini rusak. Sulit dilalui. Sampai-sampai menjadi objek postingan di media sosial (medsos). Dan rawan kecelakaan. Namun, saat ini berangsur dipercantik secara bertahap, sampai ke Desa Sekodi,” ujar Riswandi, mengawali pembicaraannya dengan media ini, Senin (20/2/2023).

Jika diingat, kenang Riswandi, kondisi jalan rusak menjadi kenangan kelam yang membekas dalam dirinya, yang setiap hari kendaraanya bermandikan lumpur tanah redang (gambut). 

Dia bercerita, pada medio 2000-2011, infrastruktur di Kelemantan, khususnya jalan utama sangat jauh dari kata layak. Kondisi seperti daerah pedalaman. Masyarakat hanya merasakan jalan seukuran tiga meter.

Ruas jalan yang kecil,  membuat masyarakat sulit menjual hasil mata pencaharian dari perkebunan, hingga nelayan tangkap tradisional. 

‘’Jika pun ingin menjual ke pasar di Kota Bengkalis, harus menggunakan sepeda motor. Kemudian berjibaku dengan lumpur tanah redang (gambut). Sebab, jalan yang dibangun dengan semenisasi, layaknya gang-gang kecil lingkungan desa,’’ jelasnya. 

Namun, setelah dilaksanakannya proyek multiyears (MY) Jalan Poros Pulau Bengkalis, secara berangsur dan berkelanjutan sampai di desa Kelemantan Barat. 

Riswandi juga mengatakan, persoalan lain di ruas jalan sering terendam air pasang laut (pasang rob). Di hari dan bulan tertentu, kata Riswandi, air laut akan naik (pasang rob) ke ruas jalan dan halaman rumah warga. Air laut yang naik ke jalan membuat segala aktivitas masyarakat terganggu. 

Tingginya air naik, mencapai setinggi lutut orang dewasa. Sering juga hal ini menghambat arus transportasi kendaraan, yang berlalu lalang mengantarkan hasil perkebunan dan ikan tangkapan nelayan.

Kebetulan, Senin (20/2/2023) pagi lalu, air laut atau pasang rob sedang naik ke ruas jalan dan halaman rumah warga. Kondisi ini memaksa masyarakat untuk tetap beraktivitas seperti biasanya. Walaupun harus dihadapkan dengan genangan air di ruas jalan, yang percikannya membasahi pakaian di badan.

‘’Kalau air pasang di sini tak bisa dielakkan lagi. Air naik mulai dari 29 hari bulan hingga tiga hari bulan, jalan banjir rob. Selanjutnya, 14 hari bulan sampai 19 hari bulan,” tutur Riswandi, sambil menyeka keringat yang bergelayut di pelipisnya dengan tangan kanan.

Selang beberapa menit kemudian, datang seorang anak kecil masih berseragam sekolah dasar (SD) mendekatinya. Pakaian anak usia belasan tahun itu, tampak basah. Rupanya, anak itu adalah keponakannya. Agus (13) bersemangat, walau pakaian basah di badan, namun Agus sumringah memeluk Riswandi dengan eratnya. 

‘’Ini anak adek aku. Usianya 13 tahun. Kelas lime SD Negeri 43 Kelemantan. Kalau air pasang seperti ini, dia suka bermandian genangan air. Namanya anak-anak,” tuturnya.

Riswandi berharap, jika pembangunan ruas jalan utama di desanya ini dilanjutkan di Tahun 2023 ini, tentu saja bisa membuka akses transportasi yang lebih baik lagi. Justru sebaliknya, desa pemekaran Kelamantan Barat sudah mendapatkan pembangunan ruas jalan utama, secara berkelanjutan.

“Harapan kami di sini hanya satu, ruas jalan utama Kelemantan bisa dibangun sama lebarnya seperti ruas jalan utama di desa Sungai Batang dan pengerasan ruas jalan di Kelemantan Barat. Sehingga kami di sini bisa pulang pergi ke pusat kota, tanpa harus bermandi lumpur seperti di tahun 2.000-an,” tutur warga Dusun Batin Megat, Desa Kelemantan ini.

Pengurus Masjid Nurul Iman, Dusun Simpang Bernai, Desa Kelemantan Syukri (55) juga menimpali, jika akses ruas jalan Kelemantan-Sekodi sudah mengalami perkembangan pesat. Walaupun, sedikit terpenggal fisik ruas jalannya, namun secara berangsur-angsur bisa memudahkan masyarakat. Jarak tempuh ruas jalan ini, kata Syukri, jika menuju kota Bengkalis mencapai 45 kilometer. 

Sementara dari Kelemantan-Sekodi, jarak tempuhnya sekitar 10 Kilometer. Biasanya, sebelum dilaksanakan pembangunan, jarak tempuhnya bisa mencapai 3 jam diperjalanan. Namun, setelah adanya perbaikan ini bisa ditempuh dengan 1 jam lebih.

“Jika nantinya direalisasikan di Tahun 2023 secara keseluruhan, maka jarak tempuh Bengkalis Kota menuju Kelemantan, bisa lebih singkat. Jika menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat, bisa sekitar lebih kurang 1 jam,”tutur Syukri.

Selama sepuluh tahun diberi kepercayaan, sebagai Perwakilan Pengurus Kantor Urusan Agama (KUA) Kemenag Bengkalis, Syukri mengatakan, akses jalan Kelemantan-Sekodi, hingga hari ini menjadi urat nadi ekonomi masyarakat.

Sebab, perkembangan dan jumlah penduduknya mulai ramai dan menjadi jalur transportasi penghubung antar desa, hingga ujung Sekodi.

“Hari ini kami patut bersyukur, sudah diberikan akses jalan. Apalagi nantinya, ruas jalan Kelemantan menuju Sekodi diperlebar lagi, tentu saja kami mudah menjual hasil perkebunan dan hasil tangkap ikan masyarakat. Hari ini harga getah, berkisar Rp 7 ribu perkilo,”ungkap pria empat orang anak ini.

Bermodal pendidikan SMP, Syukri bisa membesarkan anak-anaknya, yang kini sudah berkeluarga dan memiliki pekerjaan tetap. 

“Alhamudillah,empat anak saya sudah besar dan ada yang sudah berkeluarga. Akses jalan ini sangat memudahkan kami beraktivitas mencari nafkah. Sebagai umat Islam, senantiasa berharap agar segala sesuatunya dipermudahkan, termasuk akses jalan ini agar bisa lebih cantik lagi dan memudahkan masyarakat beraktivitas,”tuturnya.

Kepala Desa Kelemantan Nangak kepada Bedelau.com mengisahkan, sebelum pembangunan jalan utama Kelemantan, tepatnya pada medio 60 tahun silam, jalan utama ini sudah memiliki jalan setapak. Ruas jalan Kelemantan merupakan jalan perkebunan. Jalan penghubung antar kebun. Seiring berjalannya waktu, jalan ini ditingkatkan melalui gotong royong masyarakat.

Nangak menuturkan, beberapa hal yang perlu disampaikan kepada semua pihak, khususnya Pemkab Bengkalis, yang hari ini dipimpin Bupati Bengkalis Kasmarni. Sesuai keinginan, Desa Kelemantan sangat memerlukan infrastruktur jalan lintas antar desa atau jalan utama menghubungkan dua Kecamatan yaitu Bengkalis dan Bantan. Ruas jalan Kelemantan-Sekodi merupakan jalan lingkar dengan panjang, kurang lebih 3,8 kilometer.

Pria kelahiran dari Komunitas Adat Terpencil (KAT) atau dikenal Suku Asli ini mengatakan, semangat gotong royong yang kuat membuat ruas jalan ini ditingkatkan menjadi jalan setapak dan body jalan. Kemudian, di Tahun 2004 lalu, ruas jalan di Desa Kelemantan ditingkatkan, yang semula tanah ditingkatkan menjadi semenisasi selebar 3 meter. 

Ketika disemenisasi, masyarakat yang ada di desa mendapat kemudahan untuk beraktivitas, mulai dari ekonomi, pendidikan dan keagamaan. Seiring perkembangan zaman dan perubahan iklim, membuat ruas jalan Kelemantan, kerusakannya semakin lama semakin parah, yang mana ketika tahun 2000- an, hanya dilalui kendaraan roda dua saja. 

Sedangkan mobilitas kendaraan makin padat, dari tahun 2021-2023  membuat ruas jalan ini dilalui kendaraan roda empat dengan muatan-muatan hasil perkebunan, perikanan dan sebagainya. Sementara, hasil pembangunan di Tahun 2004 silam, di lapangan tidak memungkinkan lagi dilalui kendaraan dengan beban melebihi tonase ruas jalan.

Kepala desa terpilih masa bakti 2017-2023 ini menuturkan, sebuah harapan besar lahir dari masyarakat, ketika di Tahun 2004, sehingga jalan utama Kelemantan bisa dibangun untuk bisa dilalui kendaraan roda  empat, yang membawa muatan keperluan ekonomi masyarakat dan bisa menjual hasil perkebunan dan hasil tangkap ikan dari luar desa, hingga sekarang.

Fenomena Alam Pasang Air Besar

Secara geografis, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bengkalis, Kecamatan Bengkalis dalam Angka 2020, Desa Kelemantan memilik wilayah sekitar 22,87 kilometer persegi atau 4,92 persen dari total luas Kecamatan Bengkalis. 

Kepala Desa Kelemantan Nangak mengatakan, hingga saat ini di Tahun 2023 jumlah penduduk di desanya, semakin bertambah. Jumlah penduduk mencapai 1.200 jiwa, sekitar 50 persen dari warga Suku KAT (Komunitas Adat Terpencil) atau Suku Asli, sisanya Suku Jawa dan Melayu. 

‘’Jumlah penduduk saat ini mencapai 1.200 jiwa, sebanyak 50 persennya adalah Suku KAT. Untuk mata pencarian bekerja sebagai nelayan, sisanya perkebunan, pertanian dan buruh,’’ urainya, Senin (20/2/2023).

Ia bercerita, sejak menjabat sebagai kepala desa, dari Tahun 2019, terdapat fenomena alam, yang sering terjadi. Fenomena alam itu adanya pasang air laut (pasang rob), yang sudah masuk hingga ruas-ruas jalan utama Desa Kelemantan. Khususnya di jalan utama sepanjang 3,8 kilometer. Hampir 50 persen titik ruas jalan sudah tergenang air pasang.

Untuk ketinggian air pasang, sambungnya, sangat bervariasi, mulai dari ketinggian di sekitar bibir sungai mencapai 70 centimeter, sedangkan yang jauh dari bibir sungai sekitar 30 centimeter. Artinya, fenomena alam ini jika tidak segera ditangani, maka ketika air pasang akan mengenai seluruh desa, termasuk rumah-rumah masyarakat.

‘’Saya rasa desa ini ketika air pasang tiba, maka mengalir di seluruh desa. Kami mencatat, peristiwa November 2022 lalu, pasang besar terjadi dan hampir beberapa titik desa tidak bisa dilewati. Ketinggian air pasang ini tidak serta merta, surut langsung kering. Namun, perlu waktu 5-6 jam untuk menunggunya surut kembali,” kata Nangak.

Ia mengaku, air pasang rob yang terjadi mengganggu aktivitas dan produktivitas ekonomi masyarakat. Tak jarang, anak sekolah mengalami kendala, seperti pulang menunggu air surut. Pergi sekolah lebih awal dari waktu seharusnya. Banyak hal-hal yang memang, ketika pasang besar sangat menghambat dan menggangu kehidupan di masyarakat di desa ini.

‘’Dari fenomena yang terjadi, kami sangat bermohon kepada Pemkab Bengkalis dan Dinas  PUPR Bengkalis, kiranya cepat mengambil langkah. Sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak bisa kita tanggulangi bersama, barang kali itu menjadi permohonan saya,’’ katanya lagi.

Diutarakan Nangak, sering dirinya mendengar dari informasi pemberitaan, jika Bupati Bengkalis sangat peduli dan fokus terhadap pembangunan infrastruktur jalan lingkar pulau Bengkalis. Tentunya, harapan besar pemerintah desa bersama masyarakat, di Tahun 2023 ada terobosan baru, pembangunan berkelanjutan dimulai dari titik Dusun Damai, tepatnya Masjid Jamik hingga menuju ke Sekolah Dasar (SD) 43 Kelemantan.

‘’Harapan kami ini beralasan, jalan utama ini menjadi kewenangan kabupaten. Sebab, kewenangan kami juga terbatas dengan anggaran. Namu sebaliknya, kami sangat bersyukur sudah menjadi perhatian dari pemerintah kabupaten. Melalui APB Desa bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD) bisa memenuhi infrastruktur jalan pemukiman, pertanian dan perkebunan, melalui semenisasi,” tuturnya dengan nada datar.

Menurut Nangak, walaupun jalan utama Desa Kelemantan bukan menjadi kewenangan desa, namun ada beberapa titik rawan, yang berkat kesadaran bersama masyarakat dan pemerintah desa, untuk diperbaiki bersama dengan menggunakan material seadanya, seperti tanah dan kayu-kayu.

‘’Walaupun tidak menjadi kewenangan pemerintah desa, namun ruas jalan utama ini juga menjadi perhatian kami. Bersama RT, RW dan masyarakat bergotong royong menimbun secara manual dengan tanah dan kayu-kayu seadanya. Tapi, hasilnya tidak bisa menjamin bisa bertahan lama dan lebih baik. Hanya bisa bertahan satu dua hari, apalagi kondisi kondisi tanah di Kelemantan bersifat rawa dan mudah bergeser,” urainya.

Disampaikanya lagi, harapan besar hari ini adalah bagaimana ruas jalan utama ini bisa terus dilalui, hingga nantinya dibangun. Sebagai pemrintah desa dan masyarakat, yang sering mengeluhkannya, agar sekiranya hal ini disampaikan.

“Harapan kami, kepada pemerintah kabupaten, untuk memperhatikan kami, sehingga langkah dan mengantisipasi kejadian banjir dan air pasang, agar kedepan hubungan antara desa ke desa lain dan kecamatan serta kabupaten bisa berjalan dengan baik. Terkait informasi, yang dibutuhkan Dinas PUPR Bengkalis dan dinas lainnya, saya selaku kepala desa, bersedia memberi informasi dan data-data terkait infrastruktur jalan di Desa Kelemantan ini,” ucapnya.

Jalan Keliling Pulau Bengkalis

Jarak tempuh dari pusat perkotaan Bengkalis menuju Desa Kelemantan dan Sekodi,  berjarak lebih kurang 50 kilometer. Namun, ruas jalan utama sudah terhubung sampai di Desa Kelemantan Barat. Sisanya, terus digesa pembangunan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bengkalis.

Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bengkalis Ardiansyah ST melalui Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan Irjauzi Syaukani menjelaskan, di Tahun 2022 akses ruas jalan utama Kelemantan menuju Sekodi direalisasikan sepanjang 4 kilometer dengan alokasi APBD Bengkalis sebesar Rp20 miliar.

Untuk ruas jalan utama, di Tahun 2023 ini akan dilanjutkan kembali dari Kelemantan menuju Sekodi dengan panjang lebih kurang 984 meter setelah dipotong box culvert. Lebar jalan 7 meter. Di APBD Bengkalis 2023 dialokasikan sebesar Rp10 miliar.

‘’Sesuai nawacita dan keinginan dari Bupati Bengkalis Kasmarni, realisasi ruas jalan utama Kelemantan menuju Sekodi harus dituntaskan. Hingga nantinya menjadi Jalan Lingkar Pulau Bengkalis, yang tembus hingga ke Kecamatan Bantan melalui Desa Teluk Lancar. Ini sudah menjadi instruksi dari Bupati Bengkalis ibu Kasmarni,” kata Irjauzi, Senin (20/2/2023).

Menurutnya, instruksi yang diberikan, sesuai Surat Keputusan (SK) Bupati Bengkalis, Nomor 209/kpts/IV/2018 tentang penetapan status ruas jalan sebagai jalan kabupaten, yang menetapkan ruas jalan Ketam Putih-Sekodi dengan nomor 085 dengan panjang 29,950 kilometer ditangani secara dua (2) segmen. 

‘’Segmen yang dimaksud dalam SK tersebut adalah ruas Jalan Ketam Putih menuju Kelemantan dan Kelemantan menuju Sekodi. Jenis kontruksi yang digunakan rigid FC 30 Mpa, lebar 7 meter sama bodi jalan,” katanya lagi.

Untuk proses pekerjaan, kata Irjauzi Syaukani, semua melalui perhitungan matang dan tetap mengkedepankan kualitas serta kwantitas pekerjaan. Sehingga, ketahanan ruas jalan itu bisa dinikmati masyarakat lebih lama. Sama halnya kualitas proyek multiyears (My) Jalan Poros Pulau Bengkalis.

Ia mengaku, sangat berterima kasih telah mendapat dukungan masyarakat, yang telah menantikan realisasi ruas jalan keliling Pulau Bengkalis. Sehingga, hal ini menjadi tanggungjawab dari pemerintah daerah dalam hal ini Dinas PUPR Kabupaten Bengkalis.

‘’Semoga nantinya di Tahun 2023 ini tahapan berkelanjutan ruas Jalan Kelemantan menuju Sekodi bisa terlaksana. Sehingga masyarakat bisa menikmati hasil pembangunan dan tidak lagi terisolir hubungan antar desa ke desa lain dan kecamatan ke kecamatan lainnya,” jelasnya. (*)

.

Anak-anak sekolah dasar (SD) 43 Desa Kelemantan Barat kompak, berjalan kaki pulang sekolah melewati ruas Jalan beton Kelemantan-Kelemantan Barat menuju Sekodi.(sukardi)