Menuju Indonesia Unggul yang Adil dan Lestari: Tantangan Lingkungan dan Solusi Gerak Cepat Ganjar-Mahfud

Senin, 29 Januari 2024

Ganjar Pranowo-Mahfud MD/foto: riauaktual.com

BEDELAU,COM --Pembahasan mengenai isu keberlanjutan dan lingkungan di tingkat global telah dimulai sejak tahun 1968 melalui limits to growth, dilanjutkan pada tahun 1997 melalui Kyoto Protocol, dan di tahun 2015 secara bersamaan dunia melahirkan dua kesepakatan bersejarah, yakni Sustainable Development Goals (SDGs) dan Paris Agreement. Walaupun telah 56 tahun upaya dilakukan untuk memperbaiki Bumi, kondisinya malah semakin memburuk. Global warming menjadi global boiling, dan climate change menjadi climate crisis.

Menurut Andi Widjajanto, Deputi Politik 5.0. Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, indeks-indeks global yang mengukur capaian keberlanjutan dunia menunjukkan tren yang memprihatinkan. Skor Environmental Performance Index (EPI) Indonesia turun dari 66 menjadi 28,2, sementara skor dunia turun dari 53,06 menjadi 43,1. Notre-Dame Global Adaptation Initiative (ND-GAIN) juga mencatat bahwa kapasitas dan kesiapan Indonesia beradaptasi atas dampak negatif perubahan juga menunjukkan tren negatif. Di tengah situasi ini, Ganjar-Mahfud menawarkan Visi Misi berupa "Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari" untuk menuju Indonesia Unggul.

Pada tingkat nasional, data dan fakta menunjukkan kondisi memilukan. Global Forest Watch mencatat deforestasi Indonesia mencapai 12,5 juta hektare dalam sepuluh tahun terakhir. Kedaulatan pangan terancam, laut tercemar, dan proyek-proyek hilirisasi mengancam kelestarian lingkungan. Kondisi ini disebabkan oleh sikap abai manusia terhadap lingkungan demi mencapai target pertumbuhan, serta kurangnya pengelolaan yang baik dari hulu ke hilir.

Ganjar-Mahfud memiliki sejumlah program untuk mengatasi permasalahan ini. Program "Petani Bangga Bertani" bertujuan menciptakan kepastian pendapatan petani melalui dukungan alsintan moderen, asuransi, dan penguatan BUMN Pangan. Program "Di Laut Kita Jaya Nelayan Sejahtera" memberdayakan ekonomi nelayan melalui subsidi BBM dan bantuan alat tangkap. Program "TIGA" mengembangkan industri perikanan dan memberdayakan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam.

Ganjar-Mahfud juga menempatkan Masyarakat Adat sebagai garda terdepan dalam menjaga lingkungan. Melalui program "Reforma Agraria Tuntas," mereka berusaha memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak Masyarakat Adat. Selain itu, ada upaya untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam melalui program "Community Based Resource Management (CBRM)."

Meizani Irmadhiany, seorang praktisi dan ahli pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, menjelaskan bahwa Ganjar-Mahfud menekankan pada tiga kunci utama keberhasilan pembangunan, termasuk aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Perlindungan terhadap pejuang hak atas lingkungan hidup juga diupayakan melalui Anti Strategic Lawsuit Against Public Participation (Anti-SLAPP).

Andi Widjajanto menegaskan bahwa upaya memperbaiki Bumi haruslah berkeadilan. Negara-negara maju diminta untuk bertanggung jawab lebih besar dalam penyelesaian krisis iklim, mengingat sebagian besar emisi berasal dari aktivitas mereka. Ganjar-Mahfud berkomitmen untuk menuntut peran lebih aktif dari negara-negara maju agar bersama-sama memperbaiki kondisi Bumi.

 

 

 

Sumber: riauaktual.com