Kanal

Pacu Jalur Mendunia: Raup Rp 74 Miliar, 1,5 Juta Orang Nonton Langsung

BEDELAU.COM -Festival budaya Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau, tahun ini menarik perhatian dunia setelah aksi viral bocah berusia 11 tahun, Rayyan Arkan Dikha, ramai diperbincangkan di media sosial.

Dikha tampil menari di ujung perahu tradisional saat lomba Pacu Jalur, dan gerakan khasnya memicu tren global.

Tarian tersebut bahkan ditiru sejumlah atlet internasional seperti pembalap Formula 1 Alex Albon dan rider MotoGP Marc Marquez.

Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, mengatakan bahwa fenomena Dikha berdampak signifikan terhadap peningkatan jumlah wisatawan.

“Tahun lalu, Pacu Jalur dikunjungi 1,4 juta orang dengan perputaran ekonomi Rp 40 miliar. Tahun ini kami perkirakan tembus 1,5 juta pengunjung, dengan nilai ekonomi mencapai Rp 74 miliar,” ujar Roni kepada AFP.

Ia menambahkan, kehadiran turis asing pada tahun ini menjadi pemandangan baru.

“Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tidak ada orang asing yang menonton Pacu Jalur. Sekarang ada,” katanya. 

Magnet budaya dari Sungai Kuantan

Pacu Jalur merupakan tradisi perlombaan perahu panjang yang digelar setiap Agustus di Sungai Kuantan.

Tahun ini, lomba digelar pada Minggu (24/8/2025), diikuti lebih dari 220 tim dari berbagai desa dan kabupaten di Riau, memperebutkan total hadiah Rp 900 juta.

Tradisi ini berakar dari abad ke-17, saat perahu panjang digunakan masyarakat lokal untuk transportasi barang dan orang.

Seiring waktu, perahu yang disebut "Jalur" itu berubah menjadi wahana perlombaan rakyat.

Popularitas festival tahun ini turut menarik wisatawan mancanegara. Salah satunya adalah Duncan McNaught, turis asal Australia yang datang langsung ke Kuantan Singingi.

“Saya datang untuk menonton Pacu Jalur karena ingin memfilmkan dan menunjukkan festival ini kepada dunia. Para pendayung luar biasa. Saya sangat menantikannya,” ujarnya.

Demam tarian Dikha juga menyedot minat wisatawan domestik. Yuyun Kurnia (38), misalnya, rela menempuh perjalanan 17 jam dari Medan untuk menyaksikan langsung festival setelah menonton video Dikha.

“Setelah viral di media sosial, saya ingin melihat Pacu Jalur secara langsung. Menonton balapan ini rasanya luar biasa,” kata Yuyun.

Ribuan penonton memadati pinggiran Sungai Kuantan. Sebagian bahkan turun ke air untuk melihat lebih dekat jalannya lomba.

Suasana makin semarak dengan tenda dan payung berwarna-warni di sepanjang sungai.

Anak coki di ujung perahu, simbol semangat

Dalam perlombaan Pacu Jalur, anak coki atau penari yang berdiri di ujung perahu memegang peran penting untuk menyemangati para pendayung.

Posisi ini penuh tantangan karena harus menjaga keseimbangan di atas perahu yang melaju cepat.

“Anak itu berdiri dan menari di atas perahu, itu sama sekali tidak mudah. Kalai Anda bertanya apakah saya berani mencobanya, jawabannya tidak,” ujar Frima (35), warga Kuansing.

Naysila Ayunita Sari (18), warga lainnya, merasa bangga Dikha menjadi ikon budaya yang mendunia.

“Saya pikir sangat keren ada anak seusianya berhasil menciptakan personal branding melalui Pacu Jalur,” ujarnya.

“Melalui tariannya, ia telah memperkenalkan Pacu Jalur ke seluruh dunia.”

Tingginya atensi publik terhadap Pacu Jalur tahun ini turut mendorong upaya pelestarian lingkungan.

Pemerintah daerah dan aparat keamanan menertibkan aktivitas penambangan emas ilegal di sekitar Sungai Kuantan untuk menjaga kebersihan sungai menjelang perlombaan.

Bagi warga lokal, sorotan dunia terhadap Pacu Jalur menjadi sumber kebanggaan.

“Saya tidak pernah menyangka semua mata tertuju pada tempat kecil di sisi barat Riau ini. Saya bersyukur Pacu Jalur kini dikenal dunia,” kata Frima.

 

 

 

 

Sumber: SMNews.com

Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER