Kanal

Suasana Perpolitikan di Riau Menjelang Pemilu Tahun 2024

Menjelang tahun 2024 mendatang, riak kehidupan berpolitik di Indonesia dan di Provinsi Riau khusunya sudah terasa gelombangnya. Apalagi pasca pendeklarasian Anies Baswedan (AB) sebagai capres dari Partai Nasdem, kemudian diikuti dengan Parta Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) baru-baru ini, membuat pencapresan AB semakin kuat dan kokoh. Dukungan 3 partai tersebut membuat gelombang pendukung AB maupun kader dan simpatisan 3 partai tersebut berada di atas angin. Sampai saat ini AB memang belum ada pesaing. Apakah AB terlalu cepat berkampanye atau mencuri start dalam melakukan kampanye, tentunya semua tuduhan itu harus dibuktikan melalui jalur hukum.

Namanya politik yang syarat dengan kepentingan golongan pasti ada “kawan” dan ada “lawan, namun tidak ada lawan dan kawan yang abadi. Selagi kepentingannya sama maka kawan, jika berbeda bisa menjadi lawan. Politik sangat elastis sekali. Salah satu lawan politiknya telah menuduh AB korupsi di Formula E. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menangani perkara tersebut telah menaikkan status perkara tersebut dari penyelidikan menjadi penyidikan. Artinya menurut ilmu hukum penyelidikan adalah proses menemukan tindak pidana dan pelaku tindak pidana tersebut. Namun hal yang agak janggal dalam perkara ini adalah ketika KPK menaikkan status perkara ini menjadi Penyidikan tanpa penetapan tersangka. Sungguh tidak lazim. Seharusnya ini tidak sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku.

Kemudian AB juga diisukan telah melanggar kontrak politiknya dengan Prabowo Subianto dan Partai Gerindra tahun 2017 sebelum menjadi gubernur DKI Jakarta, isu ini dihembuskan oleh Sandiaga Uno sebagai politisi Partai Gerindra, yang saat itu menjadi wakil gubernur DKI mendampingi AB. Namun apa isi dari kontrak politik tersebut sampai dengan saat ini belum terungkap ke publik. Beberapa wartawan mencoba mengkonfirmasi issue tersebut saat bertemu AB namun ditanggapi dengan tidak adanya komentar dari AB. Baru-baru ini ada statement jika AB menang maka utang 50 Milyar lunas, jika kalah utang 50 Milyar harus dibayar. Begitulah politik, kata orang jawa “saiki dele sesok tempe” artinya semua bisa berubah-ubah sesuai dengan kepentingan.

Sesaat setelah AB dideklarasikan sebagai Capres dari Partai Nasdem, AB segera melakukan kunjungan ke beberapa daerah, salah satunya ke Pekanbaru Riau. AB melakukan pertemuan dengan relawan, tokoh lintas agama, tokoh masyarakat, hingga rapat akbar. Ada juga issue yang mempermasalahkan terkait izin dan tempat acara Rapat Akbar saat itu karena berbarengan dengan kegiatan Tour De Siak, namun statement Edy Natar Nasution (Wagub Riau/Ketua DPW Partai Nasdem Riau) didampingi oleh Dedi Harianto Lubis (Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPW Partai Nasdem Riau) yang menyatakan semua sudah clear membuat yakin masyarakat acara tersebut akan berlangsung damai dan kondusif. Memang secara gejolak politik di Riau dan Kota Pekanbaru khususnya itu cenderung lebih kondusif dibandingkan dengan daerah lain, ini disebabkan budaya masyarakat Kota Pekanbaru yang sangat majemuk membuat tingkat toleransi juga baik. Contoh bisa kita lihat ada 2 kejadian sebelumnya yaitu acara tingkat nasional yang di gelar di daerah lain sebelumnya berlangsung ricuh, namun ketika di Pekanbaru acara berlangsung aman dan kondusif, kericuhan dapat terelakkan. Contoh yang pertama munaslub Partai Golkar, contoh yang kedua munaslub Organisasi Advokat Peradi. Ini semua tentunya berkat kerjasama pihak-pihak terkait.

Pertanyaan masyarakat selanjutnya adalah siapa cawapres terbaik pendamping AB. Ada beberapa nama calon kuat ; AHY (PD). Aher (PKS). Khofifah Indar Parawansa, Jenderal Purnawirawan Andika Perkasa, Yenny Wahid, (eksternal). Namun masih ada kemungkinan diluar nama-nama tersebut, seperti Gibran Rakabuming Raka yang sudah ada pertemuan dengan AB. Hal ini bisa saja terjadi karena secara karakter AB sangat lincah dalam melakukan manuver-manuver politiknya seperti yang kita kenal selama ini.

Pertanyaan berikutnya adalah siapa capres lainnya yang akan bersaing dengan AB. Tentunya waktu pemilu masih lama, setiap parpol punya strateginya masing-masing, baik dalam menentukan pilihan maupun dalam menentukan waktu atau momen mengumumkan nama capres dan cawapresnya.

Pemilihan Legislatif juga bersamaan dengan pemilihan presiden tahun 2024. Para kader maupun non kader dari parpol di Pekanbaru khususnya dan di Riau pada umumnya sudah mempersiapkan diri, bahkan dari jauh-jauh hari sebelumnya. Ada yang pindah partai (istilahnya pindah perahu) dengan alasan biar lebih ngangkat, ada yang pendekatan sana sini untuk mendulang suara sekaligus mengukur kemampuan untuk memperoleh suara sebelum pertarungan sesungguhnya, dsb.

Dari semua suasana tersebut tentunya yang masyarakat harapkan bahwa suasana ini adalah perwujudan daripada pesta demokrasi di Riau khususnya dan Indonesia umunya. Sehingga wajah-wajah yang tampil dan memenangkan Pemilu nantinya adalah memang nama-nama yang merepresentasikan wajah Indonesia yang berkemajuan.

Penulis : Dedy Felandry, SH., LL.M. Dosen Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning

 

Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER