Pilihan
Bupati Bengkalis yang Tak Anti Kritik
Ciri Khas Warna Kuning, Masjid Kuning Miliki Sejarah Panglima Minal
Mayat Perempuan Ditemukan Mengapung di Sungai Selat Morong-Rupat
Kasus 28 Pekerja Migran Indonesia, Polisi Tetapkan 3 Tersangka
Kami Bukan Malaikat : Pers Hebat, Pers Cinta Damai (Buku Pertama)
Seharian di Hutan Belantara Bersama Kasat
PROFESI Wartawan adalah profesi mulia. Hari ini profesi wartawan mulai digandrungi. Khusus Kabupaten Bengkalis, tercatat hampir 200-an wartawan, mulai dari wartawan media cetak, televisi dan radio serta media online. Profesi itu mulai banyak digeluti kaula muda di Kabupaten Bengkalis.
Bisa dikatakan, mereka (profesi) hadir sebagai wartawan pemula yang hari ini eksis membawa sejumlah nama media online terbitan Provinsi Riau dan Kabupaten Bengkalis.
Namun, tentunya perkembangan profesi pers ini harus diimbangi dengan pembinaan serta pelatihan-pelatihan jurnalistik yang baik dan benar, sesuai dengan UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).
Saya salah satu bagian dari wartawan itu sendiri. Profesi wartawan ini sudah saya geluti sejak Tahun 2002 silam, hingga mengantarkan saya di Kabupaten Bengkalis, sebagai perwakilan atau biro salah satu harian ternama di Provinsi Riau, bernama Harian Pekanbaru Pos.
Sebagai wartawan, sifat cengeng harus dihindarkan. Kenapa saya katakan demikian. Seorang wartawan harus mampu ditugaskan dimana dan kapan pun. Sekalipun medan peliputannya dalam kondisi bahaya atau mengandung resiko. Mental dan disiplin, menjadi pijakan paling utama.
Berbicara mental dan disiplin. Pernah seketika saya dihadapkan dengan liputan penyusuran aktifitas pembalakan liar di Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti. Dua lokasi menjadi target Kapolres Bengkalis kala itu dijabat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Toni Ariadi Effendi, SIK.
Kapolres yang murah senyum itu, memerintahkan seluruh jajarannya untuk turun ke Desa Tanjung Padang, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti. Lokasi yang merupakan bagian dari Pulau Padang, dulunya hutan belantara dan asri dengan pepohonan nan rindang.
Namun, sejak 2012 lalu. Pulau Padang menjadi serbuan mafia illegal loging, ibarat gula yang dirubungi semut. Perambahan hutan terjadi secara besar-besaran, untuk maraup keuntungan pribadi dan kelompok tertentu. Ketika itu, saya sebagai jurnalis pernah diajak bersama-sama memasuki hutan belantara tersebut.
Tak tangung-tanggung, AKBP Toni Ariadi Effendi memerintahkan jajarannya mulai dari Kasat Reskrim, Kasat Narkoba dan Kasat Polair turun secara bersamaan ke lokasi, untuk memburu pelaku illegal loging yang menjarah hasil hutan di Pulau Padang.
Perintah perwira dua bunga melati emas di pundak itu, tak disia-siakan oleh Kasat Polair Polres Bengkalis. Ketika itu di jabat Ajun Komisaris Polisi (AKP) Angga F. Herlambang, S.IK. Bersama Kasat Reskrim AKP Arief Fajar, S.H, S.IK perjalanan pun ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Saya salah satu wartawan yang diajak dalam penyusuran hutan belantara tersebut. Kemudian ada tiga wartawan televisi swasta yang turut serta didalamnya. Sebelum sampai di lokasi, menuju kanal menggunakan speedboat dari Ketam Putih menuju Pulau Padang atau Desa Tanjung Padang.
Setibanya di Tanjung Padang, harus berjalan kaki menuju lokasi titik target sekitar 10 kilometer. Jalan setapak dan sulit dilalui menjadi rintangan rombongan. Namun, secara berangsur sampai dilokasi yang dituju.
Begitu sampai di lokasi, letih perjalanan terbayarkan tatkala Kasat Reskrim AKP Arief Fajar mendapati rumah-rumah kayu (camp) kayu dan sawmill berdiri dengan leluasanya. Tumpukan kayu-kayu bulat berdiamter 50 centemeter hingga 1 meter, yang akan di olah menjadi papan, terlihat tepat didepan mata.
Disisi kiri dan kanan sawmill, terlihat bekas bakaran sampah dan serbuk kayu yang masih mengeluarkan asap. Kondisi ini memaksa tim yang berjumlah sekitar 20 orang itu, sigap dan langsung menggeledah lokasi. Namun, sayangnya tak satupun pekerja yang tertinggal di hutan belantara tersebut.
Selain tumpukan kayu-kayu bulat ukuran diameter besar. Diparit-parit atau kanal juga terdapat rakitan kayu yang akan dihanyutkan, menunggu air melimpah di kanal. Panjang kayu-kayu itu mencapai 5 – 6 meter dengan berbagai jenis didominasi kayu jenis Meranti dan Punak.
Dilokasi sawmill hanya tersisa gergaji potong yang sudah terbongkar, kemudian jemuran pakaian bekas pekerja yang bergantungan dipinggiran sawmill. Sedangkan mesin gensetnya sudah tidak terlihat lagi. Sepertinya pelaku pembalakan liar, lebih pintar dari petugas, pelaku telah mencium aroma akan kedatangan petugas ke lokasi.
Sehingga kondisi ini memaksa seluruh personil yang diturunkan, untuk turun ke dalam air guna menghanyutkan barang bukti (BB) kayu yang berhasil di sita, untuk penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut. Fakta membuktikan, aktifitas pembalakan liar di Desa Tanjung Padang, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti begitu terlihat di depan mata.
Perjalanan pulang pun dilanjutkan, hampir sebagian personil Polres Bengkalis, khususnya Bagian Polisi Perairan (Pol Air) tinggal dilokasi. Sementara, rombongan lainnya pulang menuju pelabuhan awal tempat speedboat berlabuh di Pulau Padang.
Bekas ranting patah, duri dan rintangan lainnya tidak menyurutkan Kasat Reskrim AKP Arief Fajar untuk menyisir lokasi, yang menjadi sorotan Anggota DPR-RI Komisi VII H. Wan Abu Bakar, kala itu. AKP Arief Fajar diperintahkan memburu pelaku dan membawa barang bukti, kayu-kayu hasil rambahan hutan itu, menuju Pulau Bengkalis, hingga malam hari.
Aktifitas illegal loging itu terpantau lewat udara oleh H. Wan Abu Bakar. Ia melihat aktifitas sawmill liar di kawasan Pulau Padang. Menurutnya, ada 10 sawmill liar di kawasan Pulau Padang. Wan Abu Bakar juga melihat camp-camp di kawasan hutan alam.
Keesekokan paginya, di titik lokasi berbeda yang menjadi target. Sejumlah awak media yang mangkal di Mapolres Bengkalis, kembali di ajak menyusuri Sungai Mata dengan menggunakan speedboat patroli Satuan Polisi Perairan (Satpol Air) Polres Bengkalis.
Dipandu dua anggota Polisi perairan, tepat didepan kanal yang disebut warga tempatan Sei Mata itu, terlihat kayu olahan jenis papan yang sudah dirakit oleh petugas dan hendak ditarik ke Bengkalis, ada sekitar 4 orang petugas yang berada dikapal patroli dan standby menunggu didepan kanal yang menjadi jalur keluarnya kayu-kayu tersebut.
Sesampainya di kapal patroli Polair, sejumlah wartawan yang berada didalamnya dari Bengkalis terpaksa transit ke speedboat patroli ukuran kecil, agar bisa memasuki kanal. Lebar kanal sekitar 4 meter, namun cukup jauh untuk ditempuh hingga memasuki perkampungan masyarakat.
Hampir sekitar 15 menit menyusuri kanal hingga sampai ke daratan perkampungan masyarakat. Di areal perkampungan, ada sekitar 20- an kepala keluarga yang hidup disana. Rumah panggung berdinding papan menjadi sarana tempat tinggal mereka.
Tidak ada terlihat satupun bangunan fasilitas pemerintah, yang ada hanya masjid dan mushala serta ruas jalan beton, fisik bangunannya hanya sebelah di cor. Sementara sisi sebalah ruas jalan lainnya, tapak pembatas pembuatan jalan yang harusnya lebar jalan empat meter, dilokasi terlihat hanya lebar 2 meter.
Sebelum memasuki areal sawmill yang dibakar dan terdapat ribuan tual kayu balak hasil alam. Petugas Polair yang turut mendampingi selama perjalanan menyarankan, agar berjalan kaki menuju ke areal sawmill yang dimaksud.
Kurang lebih 5 kilometer berjalan kaki menyusuri semak belukar dan perkebunan karet masyarakat. Jalan tanah dan susunan papan berjejer memanjang hingga lokasi sawmill, persisnya sampai ke tengah hutan yang masih terdapat kayu-kayu alam. Lokasinya sangat tertutup dan cukup jauh dari pengawasan.
“Dari kondisinya, sawmil-sawmill ini sudah lama beroperasi. Lokasinya cukup jauh. Ada sebanyak 5 kilang dari 6 lokasi sawmil. Semuanya beroperasi dalam jumlah besar,”kata salah seorang petugas Polair Briptu Martin Luter Hutajulu kala itu, yang berada didepan kami menuju lokasi bersama rekan dikesatuannya lengkap dengan senjata laras panjang.
Selain jauh dari perkampungan, lokasinya cukup strategis bagi para mafia kayu. Parit-Parit ukuran empat meter, terlihat sepanjang areal. Sampai dilokasi sawmill yang dimaksud, areal itu sudah sepi, gumpalan asap bekas terbakarnya sawmill itu turut menyelimuti hutan alam belantara tersebut.
Lokasi yang dituju begitu hening, seakan kurang bersahabat. Diareal sawmill pertama terlihat tumpukan kayu bulat yang masih utuh, sedangkan tumpukan kayu olahan satu persatu mulai jadi abu karena dimakan api bakaran. Sedangkan disepanjang parit yang muaranya tidak jelas batasnya, berjejer kayu balak bulat yang jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan tual.
Belum lagi balak-balak bulat yang berada disisi sawmill. Bisa dikatakan, pembalakan liar disana aktifitasnya sudah lama. Tumpukan kayu-kayu olahan yang sudah menjadi papan pun terlihat dipinggir-pinggir sawmill, jenis kayunya di dominasi jenis Meranti.
Sekitar kurang lebih dua jam, kami berada dilokasi, sambil mengambil foto-foto melalui kamera, tumpukan kayu yang sudah diamankan petugas dilokasi. Jalan setapak mengikuti arah kayu yang berjejer di sungai hanya banyak bekas atau jejak kaki dan sepatu.
Usai mengambil gambar-gambar dan visual lokasi sawmill. Sejenak kami menyempatkan diri untuk beristirahat, sambil menikmati udara segar dan suara kicau burung dihutan yang masih alami.
Sambil melihat kondisi kayu-kayu yang berada di dalam kanal dengan posisi berjejer panjang, hingga kembali pulang menuju ke Bengkalis. Liputan-liputan ini pernah saya alami dan jalani bersama rekan pers di Bengkalis, langsung didampingi oleh pimpinan-pimpinan satuan kepolisian.
Artinya, tugas dan profesi wartawan itu sangat mulia, bersahabat dengan narasumber dari kepolisian yang masih peduli dengan lingkungan dan alam sekitar.
Sehingga hubungan antara wartawan dan narasumber begitu erat. Wartawan butuh informasi, sebaliknya narasumber butuh aktifitas dan kerjanya diketahui publik serta kalayak ramai. Khususnya di era digitalisasi saat ini, segala informasi bisa diakses cepat melalui media online.
Hubungan antara wartawan dan narasumber menjadi hubungan yang tak hanya terhenti sampai saat bersama melakukan profesinya. Akan tetapi, hubungan itu terus berlanjut dalam kegiatan-kegiatan jurnalistik dan pemberitaan, bahkan dalam aktifitas sehari-harinya.***
Pers Hebat Pers Cinta Damai!
Kartu Pers Ditahan dan Ditantang Berduel dengan Wakil Ketua PN
SEBELUM menggoreskan tinta hitam dikertas ini.
Bupati Bengkalis yang Tak Anti Kritik
Bupati Bengkalis Dr. H. Syamsurizal, SE, MM barangkali, sosok yang ha.
Kepalan Tangan Sang Kapolsek Nyaris Mendarat di Wajah Bang Kornel
JARUM JAM ditangan menunjukkan pukul 09.30 WI.
Problematika ‘Kutu Loncat’ dan Hobi Pindah Parpol
SAYA SENGAJA menggoreskan tulisan ini, sebagai shari.