Pilihan
Silaturrahmi Akbar, IKA FIA Unilak Gelar Parade Musik dan Lagu
Ketua PWI Riau Buka Resmi Agenda OKK Calon Anggota Baru Tahun 2025
Bupati Bengkalis yang Tak Anti Kritik
Ciri Khas Warna Kuning, Masjid Kuning Miliki Sejarah Panglima Minal
"Luruskan dan Rapatkan Shaf ; Membangun Kesatuan Umat dari Barisan Shalat"

Dalam sebuah hadits yang populer, Rasulullah SAW bersabda:
"Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya meluruskan shaf adalah bagian dari kesempurnaan shalat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat lain, Rasulullah memperingatkan dengan tegas:
"Luruskanlah shaf kalian, atau Allah akan membuat hati-hati kalian berselisih." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)
Kalimat sederhana “luruskan dan rapatkan shaf” menyimpan makna yang amat dalam. Ia bukan hanya tentang posisi kaki dan bahu saat berdiri dalam ibadah, melainkan isyarat kuat tentang keteraturan, kedisiplinan, kesetaraan, dan persatuan umat dalam kehidupan nyata. Sebuah perintah yang tampak teknis, namun sesungguhnya sangat strategis dalam membentuk karakter dan watak kolektif umat Islam.
Shalat berjamaah bukan hanya ibadah spiritual, tapi juga latihan sosial. Di dalamnya kita belajar tunduk kepada satu imam, mengikuti gerakan dan aturan bersama, bergerak serentak dalam satu waktu, dan berdiri sejajar tanpa membedakan pangkat, usia, jabatan, ataupun status sosial. Tidak ada sekat dalam barisan itu, tidak ada kasta dalam sujud kepada-Nya. Semuanya setara sebagai hamba.
Rasulullah SAW tidak hanya menekankan pentingnya berjamaah, tetapi berjamaah dengan barisan yang lurus dan rapat. Karena jika shalat dilakukan tanpa keteraturan dan kekompakan, maka yang tersisa hanyalah formalitas, bukan ruh persaudaraan yang menjadi kekuatannya. Ketika barisan renggang, hati pun mudah menjauh. Ketika barisan kacau, umat pun gampang tercerai.
Realitas hari ini menunjukkan betapa umat Islam begitu mudah terpecah hanya karena perbedaan pilihan politik, pandangan keagamaan, bahkan karena hal-hal remeh yang diperbesar oleh ego. Kita sering lupa bagaimana seharusnya hidup dalam satu barisan. Semua ingin jadi imam, tapi tak banyak yang siap menjadi makmum yang taat. Padahal dalam shalat, sekali takbir, semua harus bergerak serempak. Tak boleh mendahului, tak boleh pula tertinggal.
Saat berdiri dalam shaf, tidak penting siapa kita di luar masjid. Kita hanya hamba yang berdiri sejajar di hadapan Tuhan yang Maha Adil. Itulah pelajaran mendalam dari shalat berjamaah kesetaraan yang bukan hanya simbolis, tapi benar-benar dijalani. Maka, jika dalam ibadah yang paling dasar saja kita tak mampu merapatkan kaki dan meluruskan bahu, bagaimana mungkin kita berharap bisa menyatukan langkah di medan kehidupan yang jauh lebih kompleks?
Perintah Rasulullah untuk meluruskan dan merapatkan shaf adalah pelajaran besar bahwa persatuan itu perlu dirawat dan dilatih. Ia tidak datang dengan sendirinya, tapi harus dibangun di atas kesadaran, keikhlasan, dan kerendahan hati. Hanya mereka yang bersih dari rasa lebih unggul yang mampu berdiri sejajar dengan saudaranya.
Umat yang terbiasa menjaga shaf-nya dengan lurus dan rapat akan menjadi umat yang kuat. Mereka sulit ditembus oleh fitnah, adu domba, atau bisikan perpecahan. Tapi ketika barisan renggang dan hati saling berjauhan, di situlah jalan setan terbuka lebar. Umat akan mudah dipecah, bahkan oleh hal-hal sepele.
Shalat berjamaah dengan barisan yang lurus dan rapat seharusnya tidak berhenti di ruang masjid. Ia adalah latihan untuk hidup tertib, disiplin, dan siap bersatu dalam perjuangan yang lebih besar. Barisan shalat adalah simbol dari barisan umat. Jika itu bisa dijaga dengan baik, maka umat ini akan lebih mudah melangkah bersama dalam membangun peradaban yang diridhai Allah SWT.
Mari kita mulai dari hal yang paling sederhana: luruskan niat, rapatkan kaki, dan sejajarkan bahu. Jadikan shalat berjamaah sebagai titik tolak untuk membangun kesatuan umat. Karena jika kita belum mampu menyatukan barisan di rumah Allah, jangan harap kita bisa menyatukan kekuatan di luar sana.
"Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang
yang berperang di
jalan-Nya dalam
barisan yang teratur,
seakan-akan mereka
seperti bangunan yang
kokoh." (QS.
Ash-Shaff: 4)
Wallahu a’lam
KKN: Bukan Sekadar Program Rutinitas, tapi Panggilan Pengabdian
BEDELAU.COM --Ketika para mahasiswa turun langsung k.
"Kedai Kopi: Secangkir kopi dan Hisab yang Terlupa"
Ada sesuatu yang tenang dalam suara sendok yang beradu dengan cangkir.
"SKO Riau ; Lahirkan Juara, Nyalakan Semangat Bangsa"
Di tanah Melayu Riau, berdiri sebuah sekolah yang tidak biasa. Ia buk.
Catatan Jum'at "Handphone: Mendekatkan yang Jauh, Menjauhkan yang Dekat"
Tak bisa dipungkiri, handphone telah mengubah cara hidup manusia. Ia .
"Hari Bhayangkara ke-79: "Komitmen Polres Indragiri Hilir dalam Mewujudkan Polri yang Presisi dan Humanis"
Tepat pada tanggal 1 Juli 2025, Kepolisian Negara Republik Indonesia .
"Menulis dalam Sunyi, Menerangi dalam Sepi"
Di tengah hiruk-pikuk dunia digital yang bising oleh unggahan, koment.