Pilihan
Silaturrahmi Akbar, IKA FIA Unilak Gelar Parade Musik dan Lagu
                                            Dibaca : 876 Kali
                                        
                                    Ketua PWI Riau Buka Resmi Agenda OKK Calon Anggota Baru Tahun 2025
                                            Dibaca : 1e3 Kali
                                        
                                    Bupati Bengkalis yang Tak Anti Kritik
                                            Dibaca : 1e3 Kali
                                        
                                    Ciri Khas Warna Kuning, Masjid Kuning Miliki Sejarah Panglima Minal
                                            Dibaca : 1e3 Kali
                                        
                                    Gegara Ini, Jokowi 'Sukses' Bikin 16 Negara G20 Gigit Jari!
	
					BEDELAU.COM --Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan pernah membuat 16 negara anggota kekuatan ekonomi terbesar dunia (G-20) gigit jari. Loh kok bisa?
Ini diungkapkan Jokowi saat memberikan arahan pada peringatan HUT ke-7 Partai Solidaritas Indonesia (PSI) belum lama ini. Dia mengawali pidatonya soal rencana transformasi ekonomi Indonesia.
Menurutnya, pemerintah tak mau lagi Indonesia hanya jadi pengekspor bahan mentah.
"Kita akan melakukan sebuah lompatan. Kalau kita berani melakukan yang namanya industrialisasi, hilirisasi sumber daya alam kita," ungkapnya.
Jokowi mengatakan secara bertahap Indonesia akan menyetop komoditas seperti bauksit, tembaga hingga timah. Seperti diketahui, pemerintah telah menyetop ekspor nikel.
Dia mengatakan kebijakan itu akan menimbulkan musuh baru. Sebab ada sejumlah negara maju yang biasanya mengirimkan sejumlah barang ke Tanah Air.
"Musuhnya memang negara maju yang biasa barang itu kita kirim ke sana. Ngamuk semuanya. Nikel kita sudah di bawa ke WTO. Sudah. Enggak apa-apa, kita hadapi," ujar dia.
Selanjutnya, dia bercerita saat acara G-20 di Roma Italia beberapa waktu lalu. Saat itu, ada 16 negara yang akan bekerja sama rantai pasok global.
Jokowi yang tahu hal tersebut, sempat ingin ikut perjanjian.
"16 negara sudah kumpul untuk tanda tangan mengenai global supply chain. Saya pikir apa bagusnya kita ikut. Kita ikut," kata Jokowi.
Namun akhirnya Jokowi tak jadi ikut perjanjian tersebut. Sebab setelah membaca detail kerja sama, ada kesepakatan yang mengharuskan Indonesia terus melakukan ekspor bahan mentah.
"Begitu baca, masuk ke ruangan, ndak, ndak, ndak. Ndak, kita enggak ikut. Semua bubar, enggak jadi. Hanya gara-gara kita enggak mau tanda tangan, semua jadi buyar lagi, karena saya tahu sebenarnya yang diincar hanya kita saja," jelasnya.
Butuh keberanian untuk ambil kebijakan, ungkapnya, terutama dia mengklaim Indonesia dalam hal itu punya peran cukup besar. Jika tidak dilakukan maka hingga kapanpun Indonesia tetap jadi negara pengekspor bahan mentah, kata Jokowi.
"Di WTO kalah, ya enggak apa-apa. Tapi kalau enggak berani coba, kapan kita akan lakukan hilirisasi. Kapan kita setop kirim raw material. Sampai kapanpun kita hanya jadi negara pengekspor bahan mentah," tegasnya.
BERITA LAINNYA +INDEKS
Peresmian Dapur MBG di SPPG Al-Barokah, Tengku Mukhtasar : Program Prioritas dari Presiden Republik Indonesia yakni H. Prabowo Subianto
KABUPATEN SIAK, BEDELAU.COM--Dapur Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang berada di S.
Pemkab Meranti Tegaskan Komitmen Bangun Pemerintahan Bersih Lewat Sosialisasi Antikorupsi
SELATPANJANG, BEDELAU.COM--Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti menegaskan kom.
Pemkab Meranti Tegaskan Penamaan Jalan Harus Sesuai Regulasi
KEPULAUAN MERANTI, BEDELAU.COM--Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti menegaska.
APBD-P Meranti 2025 Disahkan Rp1,227 Triliun, Bupati Asmar : Program Prioritas Siap Dijalankan
KEPULAUAN MERANTI, BEDELAU.COM--Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten .
Menkeu Incar 200 Pengemplang Pajak Nilainya Rp 60 Triliun: Mereka Gak Bisa Lari!
BEDELAU.COM --Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa .
Menkeu Akan Alihkan Dana MBG Tak Transparan ke Bansos Beras 10 Kg
BEDELAU.COM --Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sa.
TULIS KOMENTAR +INDEKS
                                    


  




