• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Home
  • Opini
  • Advertorial
  • Nasional
  • Daerah
    • Pekanbaru
    • Kampar
    • Pelalawan
    • Siak
    • Bengkalis
    • Dumai
    • Rohul
    • Rohil
    • Inhu
    • Inhil
    • Kuansing
    • Meranti
  • Dunia
  • Politik
  • Ekonomi
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
  • More
    • Hukrim
    • Pendidikan
    • Olahraga
    • Video
    • Pilihan Editor
    • Terpopuler
    • Galeri
    • Indeks
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar

Pilihan

  • +INDEX
Silaturrahmi Akbar, IKA FIA Unilak Gelar Parade Musik dan Lagu
Dibaca : 846 Kali
Ketua PWI Riau Buka Resmi Agenda OKK Calon Anggota Baru Tahun 2025
Dibaca : 978 Kali
Bupati Bengkalis yang Tak Anti Kritik
Dibaca : 1e3 Kali
Ciri Khas Warna Kuning, Masjid Kuning Miliki Sejarah Panglima Minal
Dibaca : 1e3 Kali
Hasil Putusan PTUN, Posisi Ketua DPRD Bengkalis Dikembalikan kepada Khairul Umam
Dibaca : 1e3 Kali

  • Home
  • Opini

Tradisi Nuham Pnandan di Kerinci Jambi

Redaksi

Ahad, 08 Desember 2024 22:25:27 WIB
Cetak
Tradisi Nuham Pnandan di Kerinci Jambi
Kamelia Kurniawan Mahasiswi Universitas Jambi (UNJA)

BEDELAU.COM --Kenduri sko merupakan acara turun temurun dari masyarakat kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Kenduri Sko diadakan setiap 5 tahun sekali. Kenduri Sko adalah upacara adat masyarakat suku Kerinci, Provinsi Jambi, yang memiliki makna dan fungsi penting dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu perayaan panen,  Kenduri Sko merupakan upacara adat untuk bersyukur atas hasil panen padi. Pengukuhan Sko, Kenduri Sko juga merupakan acara untuk mengukuhkan gelar adat kepada orang yang akan menerimanya. Pererat tali kekeluargaan, Kenduri Sko menjadi momen untuk berkumpul, bersilaturahmi, dan merayakan hasil panen bersama-sama. Menjaga warisan budaya Kenduri Sko merupakan tradisi luhur yang telah dijaga selama ratusan tahun.

Acara ini menjadi bentuk implementasi amanat leluhur untuk menjaga identitas lokal dan warisan budaya. Penurunan benda pusaka Kenduri Sko juga merupakan acara untuk menurunkan dan membersihkan benda-benda pusaka nenek moyang, seperti baju mangkuk, keris, gong , dan lain sebagainya.

Penurunan benda pusaka atau sering disebut nuham pnandan Di Desa belui Kecamatan Depati VII Provinsi Jambi. Acara ini disebut nuham pnandan atau upacara membersihkan benda pusaka. Kali ini pembersihan benda pusaka dilakukan di rumah gedang kalbu Desa Belui. Acara ini dilakukan sebelum Kenduri Sko. Acara ini dilakukan sebelum hari  H Kenduri Sko biasanya Kenduri Sko dilakukan 5 tahun sekali.

Pada acara ini semua orang berkumpul untuk melaksanakan ritual tersebut pertama tama anak betino menyampaikan maksud dari berkumpulnya, yaitu ingin nuham pnandan dan membersihkan serta meminta bantuan kepada anak jantan dan pemangku adat lainnya untuk menurunkan. Setelah mendapat persetujuan dari pemangku adat dan anak jantan maka acara ritual pun dimulai dengan sesajian, seperti kemenyan yang dibakar, pisang, lempuk, beberapa jenis kembang, 1 ekor ayam yang telah dibersihkan, daun sirih. Selain itu, ada tiga baskom air yang sudah dicampur dengan perasan limau jeruk nipis, jeruk kunci, dan jeruk kapas bercampur kembang dan dedaunan. Air ini untuk memandikan benda-benda pusaka serta sesajian lainnya di tengah ruangan.

Kemudian dengan tangga hati-hati naik ke loteng menurunkan satu persatu benda pusaka yang berdebu, menggendong satu persatu benda pusaka dan membawanya turun ke lantai bawah dekat sesaji. Menurunkan benda pusaka tidak bisa sembarangan biasanya yang menurunkan orang adat di rumah tersebut menurunkannya pun harus di gendong menggunakan kain panjang, benda pusaka tersebut biasanya di simpan di atas loteng yang gelap. Setelah sampai di bawah para anak betino menyambut kemudian satu persatu dibersihkan dengan air yang di campurkan dengan jeruk kembang dan dedaunan.

Benda benda pusaka ini milik nek Indah.Yang pertama ada tuguk pati serap mato, kemudian keno dan gung ini dulunya dibunyikan oleh untuk memberi tahu para depati ketika adanya hajat, seludap Pina yang baru berbuah dulunya dipercaya untuk mintak peruntung bagi orang orang yang belum di karunia buah hati, kemudian tongkat, sangkak yang dipercaya agar buah padi lebih banyak dibandingkan ampo, cembung digunakan ketika sesajian, parup kayau yang digunakan untuk  memarut kelapa ketika ada acara acara besar seperti kenduri, tiang bendera apabila bendera sudah di pasang maka itu arti ada perkumpulan atau pertemuan, dulang yang dulu digunakan untuk mencari emas dan juga digunakan untuk menampi padi. Kemudian dua ruas bambu bertuliskan incung.

Sebelumnya ada sebuah surat di dalam bambu bertuliskan incung yang sama persis dengan  yang ada didepannya, namun sekarang sudah tidak ada, benda-benda pusaka yang tersimpan bisa menghilang sendiri jika tidak rutin dibersihkan dengan upacara.

Tulisan yang ada di buluh dua ruas bertulisan Incung disimpan oleh Depati Kuning Alam Negeri Desa Belui. Dulunya sudah diterjemahkan oleh pihak Dinas Kebudayaan. Di dalam naskah-naskah Incung juga kita menemukan kata seru atau sela. Maksudnya sebagai mengawali penulisan, berbentuk lagu atau bacaan yang dilagukan, dan menunjukan alih kalimat. Kata seru bermacam-macam, ada yang menunjuk tiruan bunyi, ada pula yang menyatakan perasaan, tetapi ada juga dipergunakan seolah-olah sebagai semboyan untuk menarik perhatian orang pada barang sesuatu. Kata-kata itu sebenar letaknya di luar galur kalimat atau berdiri sendiri, sebab masuk subjek kata tidak masuk predikat ataupun keterangan kata. Ini akan ditemukan pada naskah-naskah kuno Kerinci itu dalam bentuk bunyi padu atau diftong tertentu.

Semua benda pusaka ini pusaka ini dicuci dengan air yang ditelah dicampurkan dengan jeruk kembang dan dedaunan lalu dilap hingga kering dan diletakkan kembali ke atas loteng dengan cara di gendong seperti saat penurunan. Benda-benda ini sejak dulu tetap tersimpan di rumah ini.

Air bekas pembersihan benda-benda pusaka ini menjadi rebutan yang hadir. Masing-masing mereka diberi sekantung plastik untuk dibawa pulang. Sampai di rumah kita harus mandi dengan air ini agar tidak disapo moyang kalau disapo bisa sakit. Melestarikan benda pusaka merupakan bagian penting dalam menjaga warisan budaya dan sejarah suatu masyarakat. Benda pusaka sering kali memiliki nilai spiritual, historis, dan simbolis yang tinggi, serta merupakan bagian dari identitas suatu komunitas. Untuk itu, upaya pelestarian benda pusaka perlu dilakukan secara serius agar tidak punah atau rusak akibat zaman yang terus berkembang.

 


[Ikuti Bedelau.com


Bedelau.com

BERITA LAINNYA +INDEKS

Opini

KKN: Bukan Sekadar Program Rutinitas, tapi Panggilan Pengabdian

Ahad, 20 Juli 2025 - 20:18:09 WIB

BEDELAU.COM --Ketika para mahasiswa turun langsung k.

Opini

"Kedai Kopi: Secangkir kopi dan Hisab yang Terlupa"

Sabtu, 12 Juli 2025 - 22:01:00 WIB

Ada sesuatu yang tenang dalam suara sendok yang beradu dengan cangkir.

Opini

"SKO Riau ; Lahirkan Juara, Nyalakan Semangat Bangsa"

Selasa, 08 Juli 2025 - 13:36:33 WIB

Di tanah Melayu Riau, berdiri sebuah sekolah yang tidak biasa. Ia buk.

Opini

Catatan Jum'at "Handphone: Mendekatkan yang Jauh, Menjauhkan yang Dekat"

Jumat, 27 Juni 2025 - 16:34:27 WIB

Tak bisa dipungkiri, handphone telah mengubah cara hidup manusia. Ia .

Opini

"Hari Bhayangkara ke-79: "Komitmen Polres Indragiri Hilir dalam Mewujudkan Polri yang Presisi dan Humanis"

Rabu, 25 Juni 2025 - 09:09:38 WIB

Tepat pada tanggal 1 Juli 2025, Kepolisian Negara Republik Indonesia .

Opini

"Luruskan dan Rapatkan Shaf ; Membangun Kesatuan Umat dari Barisan Shalat"

Kamis, 19 Juni 2025 - 22:13:36 WIB

Dalam sebuah hadits yang populer, Rasulullah SAW bersabda:"Luruskanlah shaf-shaf kalian, kare.

TULIS KOMENTAR +INDEKS


Terkini

  • +INDEX
Bentrok Berdarah di Lahan Sitaan Satgas PKH Eks PT Gunung Mas Raya Resmi Cabut Laporan Polisi
24 Oktober 2025
Pemko Pekanbaru Buru Aktor di Balik Gepeng yang Libatkan Anak-anak
24 Oktober 2025
Polda Riau Tangkap Perambah 13 Hektare Hutan Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil
24 Oktober 2025
Pembongkaran Tiang Reklame di Pekanbaru Berlanjut, Sasar 200 Titik yang Tak Kantongi Izin
24 Oktober 2025
Diduga Sarat Penyimpangan, Retribusi Dishub Bengkalis Dilaporkan ke Kejati Riau
24 Oktober 2025
Hakikat Kehidupan : Sebuah Renungan Filosofis dalam “Filsafat Pendidikan Biologi”
24 Oktober 2025
Unilak Buka User Education Maba 2025
24 Oktober 2025
Menyelami Pendidikan Biologi dengan Lensa Filsafat
23 Oktober 2025
Kapal Pembawa 90 Santri Mati Mesin di Tengah Laut, Seluruh Penumpang Selamat
23 Oktober 2025
Drainase Tak Berfungsi, Walikota Pekanbaru Temukan Ada yang Buang Pipa ke Parit
23 Oktober 2025

Terpopuler

  • +INDEX
  • 1 Menyelami Pendidikan Biologi dengan Lensa Filsafat
  • 2 Deddy Handoko Tutup Usia, Wako Pekanbaru Sampaikan Duka Mendalam
  • 3 Kuansing, Daerah yang Berani Lawan Pusat
  • 4 Diduga Tak Kantongi AMDAL, DPRD Pekanbaru Bakal Tinjau Pembangunan Kampus Prima
  • 5 Jaksa Agung Ganti 5 Kajari di Riau, Ini Daftarnya
  • 6 Avanza Masuk Parit di Belakang MTQ Pekanbaru, Pengemudi Dilarikan ke RS Awal Bros
  • 7 Diduga Pukul dan Ancam Warga Pakai Pisau, Plt Kadiskes Riau Dilaporkan ke Polisi

Ikuti Kami

Tentang Kami
Redaksi
Pedoman Pemberitaan
Info Iklan
Kontak
Disclaimer

Bedelau.com ©2021 | All Right Reserved